Seringai mati
Grimm Reaper
Sang pencabut nyawa
bermatakan hitam, berhidung lubang, bermulutkan diam. Mengayunkan Scythenya
siap memenggal kepala sesosok raga yang masa hidupnya di bumi telah berakhir. Sosok
itu hanya menyeringai dan pasrah dengan mata yang polos mengambang. Namun fikirannya
menerawang jauh mengingat-ngingat semua perbuatan yang telah ia lakukan dalam
mengisi hidupnya.
Yang diingatnya hanya
satu, urung meregangkan nyawa sebuah mahluk yang lain ketika ia mampu
melakukannya.
“ Malam itu rasa dahaga
akan sebuah angkara yang memendam dendam dalam hatinya tengah berontak mintakan
di kabuli. Rasa haus akan kenikmatan yang hanya biasa ia dapat dalam pelukan
dan buaian minuman anggur kolesom kesukaannya. Di sebuah kios remang yang
menjajakan mulusnya botol botol telanjang tanpa brand menaikan birahinya untuk
memerkosa isi botol-botol itu dengan sekali tegukan. Namun seorang lelaki
gempal mencoba menghalangi maksud niatnya. Serentak saja terhunus sangkur baja
mengkilat yang diasahnya setiap senggang, mengayun deras kearah tubuh lelaki
gempal yang seolah menjadi pahlawan kesiangan untuk pemilik warung remang itu. Sesaat
kilauan dari sangkur baja itu terbenam dalam perut lelaki gempal tersebut,
sentuhan halus lembut dirasakan dipundaknya berbarengan dengan suara halus
mengalun , ‘Jangan kang...’, begitu hangat dan menenangkan suara itu melumerkan
urat dan ototnya yang menegang tinggi bagai tersengat petir. Diliriknya pemilik
suara, dan dia terjatuh luruh dalam kerlingan mata seindah rembulan purnama. Saat
itu juga ia berlalu dengan menyimpan kegundahan dan kekalutan dalam jiwanya,
apa yang telah terjadi, begitu gumamnya. Balutan jubah putih dengan janggut
putih bersorban pula mampu menahan amukan darinya yang tengah dilanda dahaga teramat
sangat.”
Sang pencabut nyawa
bermatakan hitam, berhidung lubang, bermulutkan diam seolah menembus dalam
fikiran sosok yang masa hidupnya di bumi telah berakhir itu tertegun, grimm
reaper yang sejengkal lagi memisahkan kepala dengan raga, seolah memantul dan
menjauh dari tubuh sosok itu.
Hembusan angin
menerbangkan sang pencabut nyawa dan menghilang dari pandangan, meninggalkan
sosok tersebut sendirian dalam heran. Namun ia kini menjelma menjadi petua
disekitaran rumah dan lingkungan pergaulannya, walaupun dosa kerap ia lakukan. Namun
semuanya demi cinta, bukan karena nafsu angkara.
Satanicwords-16:14-13.10.16