Di ujung Cakrawala
Oleh; Janromalians
Senja akan menemani
putihnya rambut di ikatan, disaat kesadaran menepuk hulu kalbu akan sebuah
cerita lalu yang serupa hilang dari ingatan.
Seperti pergi mengawan; namun tetiba datang membawa tawa
canda gurauan dan rayuan hayalan; seiring talu waktu yang lama terlupakan.
Terasakah dahulu kita;
adalah daun-daun hijau ; yang mengejar matahari demi mekarnya bunga dengan
putiksari yang memungkinkannya menjadi buah harapan...?
Ternyatalah kita sekarang; sekumpulan lumba dan duyung yang
mencoba mengenang keindahan muda dengan secawan buih-buih gelombang yang
menenggelamkan surya untuk menggantinya dengan bintang dan rembulan.
Melagukan keakraban
siang dengan sang mentarinya,
Melantunkan riang
canda hingga fajar dijemput terbitnya.
Namun sesekali saja
kawan, lantunkan dzikir dan saling mendo’a agar menggema bulan bintang di
keheningan malam.
Sebab seerat apapun
kita terbiasa bercengkram dalam kalam, pada akhirnya kita berpisah di ujung
cakrawla untuk menghadap Sang Pencipta Alam.
Rangkasbitung, 1
Nopember 2016