Menembus langit
Pujangga, kepadanya aku
selalu membandingkan.
Walaupun kamu tidak
mengerti syair dan puisi yang aku tuliskan.
Penyanyi, menirukannya
aku terus memaksamu senandungkan sebuah lagu.
Padahal aku sadar;
betapa falsnya suaramu.
Superhero, menyerupainya
aku berandai-andai itulah kamu
Kenyataannya; keterpurukanmu
akulah yang membantu
Tapi itu dahulu;
entah berapa hitungan waktu berlalu.
Sekarang, kesadaranku
menggugah bahwa tanpa kamu ada di setiap hariku.
Aku hanyalah penyendiri,
tanpa teman canda ceria. Berbagi duka dan nestapa, bahkan cerita-cerita garing
yang selalu kamu setia mendengarnya.
Kini ragamu telah
menembus langit.
Setelah lelah
berjuang melawan penyakit
Kenangan denganmu tak
pernah mati
Serupa Edelweis sibunga
abadi
Rangkasbitung, 5
Nopember 2016