Berbagi Cinta
Bismillahirrohmanirrohiim
Zaman ini, telahlah dimaklumi semua kemudahan dalam
bersosialisasi menebarkan salam, menebarkan kecintaan, menghembuskan pengakuan,
memuput nalar yang hakiki dari jalur – jalur yang sungguh melampaui garis-garis
dari kesungguhan makna dan arti sesungguhnya. Ini diakibatkan dari mudahnya
copas tanpa menelusuri kepada sumbernya, dan merasa hak lalu berkewajiban di
atas hak dan kewajiban yang sebenar-benarnya.
Lupa akan sejarah; begitu mudahnya perbedaan itu dihasut
dan diadu domba.
Aku cinta kepada orang shalih meski aku tidak
termasuk bagian dari mereka, dengan sebuah harap kelak aku mendapat syafaatnya.
Aku juga benci dengan orang yang melumuri
hidupnya dengan noda, meski kami memiliki hal yang serupa. (Tidak akan asing
ditelinga bila pernah membaca karya salah satu dari Imam Besar yang empat).
Demi masa; sesungguhnya manusia itu benar-benar
berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
shalih dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati
supaya menetapi kesabaran ( Al-Ash[103-3])
Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari
yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung(Ali Imran[3]-104)
Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik
bagi mereka; diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah
orang-orang yang fasik. (Ali Imran[3]-110)
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada
orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih dan berkata;
sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri (Fushshilat[41]-33)
Ibnu Umar bertanya: “apa yang kamu lakukan,
sungguh aku mendengar Rasulullah SAW berkata; ‘Lihatlah orang yang berada di
pintu, dia adalah salah seorang penghuni surga’ tiga kali setiap kali kamu
masuk ke masjid dalam tiga hari”
Lelaki itu berkata:”Kamu sudah melihat bagaimana
ibadahku, shalatku, puasaku dan shalat malam yang aku lakukan, tetapi kamu
masih bertanya tentang hal itu. Demi Allah aku tidak pernah membiarkan malamku
lewat begitu saja sementara pada malam itu masih tersimpan dalam hatiku hasad,
dendam dan perasaan benci terhadap seseorang” (HR. Ahmad [11286] lihat dalam
kitab Maj’mauz ‘Zawaid [13084])
Tiga perkara yang tidak ada hasad padanya :
ketulusan hati seseorang dalam melaksanakan kebajikan, nasehat yang ia berikan
kepada pemimpin, dan orang yang senantiasa menjaga kebersamaan dengan sesama
muslim karena dakwah mereka berpengaruh terhadap orang yang ada di belakangnya
(HR. Ahmad [11286]. Lihat dalam kitab Maj’mauz Zawaid [13048])
Janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam
hati kami terhadap orang-orang yang beriman. (Al-Hasyr[59]-10)
Cinta kebersamaan dan benci perpecahan, berusaha untuk mencari
titik temu dan menjauhi perbedaan yang mengarah pada perpecahan., mengembalikan
segala sesuatu kepada Al Qur’an dan Al Hadits pada saat terjadi perselisihan.
Dan apapun perselisihan, maka keputusannya
kepada Allah....(Asy-Syura[42]-10)
Do’a Rasulullah SAW : Ya Allah, Tuhan Jibril,
Mikail dan Israfil, Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, Tuhan yang Maha
mengetahui segala sesuatu baik yang nampak maupun tidak. Engkaulah dzat yang
memutuskan segala perselisihan yang terjadi di antara hamba-hambaMU, tunjukkan
kami kebenaran yang menjadikan kami berselisih dengan izinMu, sesungguhnya
Engkau adalah Dzat yang menunjukkan pada jalan yang lurus.
Ya Allah aku minta kepadaMU jadikanlah hambaMU
yang senantiasa takut padaMu baik disaat sendiriran maupun dalam keramaian dan
aku mohon kepadaMu tunjukkan perkataan yang benar pada saat marah dan lapang.
Senantiasa mengatakan yang benar dan tidak mencampur dengan
yang batil, mereka juga tidak mengikuti bisikan nafsunya.
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu
orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun
terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu (An-Nisa[4]-135)
Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu Al-Qur’an
sebagai kalimat yang benar dan adil. (Al-an’am[6]-115)
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap
sesuatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena
adil itu lebih dekat kepada taqwa.(Al-Maidah[5]-8)
Siapa yang cinta karena Allah SWT, benci karena
AllahSWT, memberi karena Allah SWT, dan bersikap kikir karena Allah SWT, maka
sungguh imannya telah sempurna (HR Abu Daud [4681], Ibnu Syaibah (30519). Lihat
dalam Kitab Al-Misykah.
Sungguh Rasulullah Saw itu berhati lemah lembut,
baik terhadap lawan, apalagi terhadap para sahabat-sahabatnya.
Wallahu’alam bishawab.