Mata-mata
Kala pagi menyerang dengan
tenang, bergelayutan asa pada akar rambat dari dahan ke dahan, picingkan mata
menelisik dari balik dedaunan, siapa tahu akan ada tamu berdatangan.
Saat siang menerjang bersamaan
rasa panas yang menggarang, dan aku berpindah ke pondok pohon beratapkan rumput
ilalang, sambil tetap memperhatikan siapa tahu tamu datang kesiangan.
Hingga akhirnya sore
memberondong dengan seribu peluru pertanyaan di mulut laras panjang yang
menegang, aku tersedak kalimatku sendiri; betapa bodohnya si penanti yang
mengharapkan sesuatu yang belum pasti terjadi, serupa tupai yang pandai
melompat tinggi, tanpa henti kesana kemari mencari biji kenari, sampai akhirnya
terjerembab kehinaan yang memerihkan hati.
Fuck me.
Malam menyelam dalam larutan
penyesalan, tenggelam kemaluannya ditelan jeram pada riak air candu yang mengalir
di relung hayalan, berlomba-lomba naluri dan sanubari meraba esok pagi
mendapatkan kesejukan teduh guna menyelamatkan waktu sia-sia yang seharian basi.
Jrl.4n~06.12.2016