Masa Lalu
Tangisan kali ini serupa mendiang awan yang luruh lembut melintasi
kekosongan atmosfir biru lelangit kalbu, ruhnya menghuni sudut hati dan
mengasing pada tuli sepi. Terdengarkah hening sunyi ini, yang sekuatnya aku
tutup-tutupi, hingga maut menjemput ajal meninggalkan jasadku yang mati.
Engkau tak pernah sedikitpun
mengira, betapa aku memahamimu dengan segenap jiwa, yang kukorbankan bukan saja
kenyataan, bahkan semua daya hayal yang aku upayakan, supaya menjelma hidup dan
bahagia walaupun hanya pada alam fikiran dan dunia maya yang aku tuliskan.