Elegi pembawa tragedi
Kutemukan ia di keasingan zamannya, yang belum cukup meletakkan panasnya
berjibaku demi butiran biji gandum, kugapai dengan keikhlasan mengeja dunia, belajar
memutar roda di hidupnya yang merana, akan seorang ayah, akan seorang ibu. Linangan
air mata bathin ini membobolkan tanggulnya lantak. Terbayang nun di timur sana
perempuan sedarahku berpelukan dengan gersangnya kasih dan sayang,
tergugah. Terkesiap dan terpana, jemari
tangannya nan mungil mengepal, menempa ribuan biji gandum.
Cukup sudah, bagai kutuntun ia kedalam keramaian yang benar, keramaian
yang sesuai, keramaian yang mengankatnya bagai seorang gadis mulia,
sebegitunya sikapnya kini seperti sedarah denganku, dan tak mengubah duniaku
yang menua walau kebanyakan orang bicara sebaliknya.
Tapi kini ini membawa tragedi, meletakan aku dalam panasnya keikhlasan yang terlanjur aku simpan rapat kuat, dan memutar leherku seratus delapan puluh derajat, sakit.
Jrl.4n [ inspirasi, Nina Magdalena Sagala ]
Serang, 15 Desember 2015