Tanpa arti
Langit masih tersenyum kepadaku, padahal hati yang
lunak ini berkotak-kotak dalam bersetubuh dengan sebuah jiwa yang merentang
jauh ke awang-awang menggantung dan berdesiran tatkala angin semilir membawanya
mengitari bagian bumi lainnya.
Aku masih saja tersandung dalam keheningan yang
sangat ibarat pluto yang tak pernah jelas kedudukannya di mata para astronom,
planetkah atau sekedar benda langit tiada arti yang merecoki pelbagai argumen
tentang keberadaannya di Tata Surya.
Aku mungkin tak berjiwa, nafasku telah terkuras
untuk membuat jantungmu terus berdetak dalam kepayahan akan kefanaan ini. Dan
aku bukan meminta pengharapan akan sebuah pengakuan, sedikit saja aku ingin
mempunyai arti dalam senandung yang senantiasa engkau lagukan dalam malam-malam
gulitamu disetiap amnesia yang memasung terjagamu.
Lagi-lagi aku merana tanpa arti.
Rangkasbitung, 25/10/2015